Bakso Bumi Reog sangat intens dalam memanjakan para pelannggan setianya. Sebagai sebuah Rumah makan yang terus berkembang dengan semangat baru, Bakso Bumi Reog terus berinovasi untuk terus maju. Demi kepuasan para pelanggan, kini Bakso Bumi Reog memberikan kupon makan gratis untuk setiap pembelian bakso dan minum Rp 20.000 yang telah terkumpul sebanyak 10 kupon.
Langkah kecil ini, kami harapkan dapat memberi kepuasan kepada pelanggan yang terus setia dalam perjalanan tujuh tahun kami.
Jangan lupa untuk terus datang dan mengajak kawan-kawan Anda ke Bakso Bumi Reog di selatan Kintamani Ponorogo.
bakso bumi reog
Rabu, 17 Oktober 2012
Selasa, 16 Oktober 2012
Tempat makan yang nyaman di Ponorogo
Bakso Bumi Reog... Ya itulah tempatnya, dengan tempat duduk yang banyak dan juga lesehan yang luas, sangat cocok bagi Anda yang sedang dalam perjalanan jauh untuk singgah.
Datang ke rumah makan kami dan kami akan berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk Anda..
Datang ke rumah makan kami dan kami akan berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk Anda..
DISKON MAKAN HANYA ADA DI BAKSO BUMI REOG
Bakso bumi Reog Ponorogo memberikan kepuasan dalam pelayanan dan juga kenyamanan. Kini untuk dapat terus memanjakan Anda para pelanggan, kami kembali memberikan Diskon samapai 20% pada hari Rabu 17 Oktober 2012 jam 15.00-17.00. Dengan menghubungi no HP 0852 5700 0370. Tertarik? datang saja bersama keluarga Anda ke outlet kami di SELATAN KINTAMANI PONOROGO. kami memberikan kepuasan pelayanan dan kenikmatan dalam rasa makanan yang kami sajikan.
Untuk terus bisa memanjakan para pelanggannya, Bakso Bumi reog Ponorogo terus berupaya untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan tempat makan kami. Dengan musholla dan toilet yang juga kami siapkan,kami harapkan Anda akan puas dengan pelayanan kami dan datang kembali
Untuk terus bisa memanjakan para pelanggannya, Bakso Bumi reog Ponorogo terus berupaya untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan tempat makan kami. Dengan musholla dan toilet yang juga kami siapkan,kami harapkan Anda akan puas dengan pelayanan kami dan datang kembali
Tempat makan bakso yang paling nyaman di Ponorogo
Dekat jalan utama, tempat parkir luas, ada musholla dan juga toilet |
Kami hadir yang pertama dengan konsep tradisional restaurant memberikan Anda kenyamanan dalam makan dengan nuansa khas ponorogo. Tempat lesehan yang bersih dan sangat luas untuk singgah keluarga Anda. Dilengkapi dengan fasilitas toilet dan mushola yang dapat memberikan kenyamanan dalam melaksanakan ibadah Anda.
Menu andalan kami adalah bakso dengan berbagai varian rasa yang nikmat. Ada bakso daging, bakso doubel, bakso spesial, bakso tahu tuna, bakso tempura, Tempura Goreng dan tempura goreng Spesial...
Tempat lesehan yang asri dan bersih juga nyaman, menjamin privatisasi Anda |
Berbagai aksen kota ponorogo menambah semarak pemandangan mata |
Luas, berih dan nyaman |
Senin, 08 Oktober 2012
Nikmat dan lezat.... Bakso daging Bumi Reog |
Mie Ayam lezat,,, akan segera hadir... Coming Soon @ Bakso Bumi Reog |
ku tunggu kedatanganm teman-teman. kebakso Bumi REog. Baksone WONG PONOROGO...........
Tempat Makan yang nyaman hanya di bakso BUMI REOG PONOROGO
Tentang rumah makan, mungkin tidak hanya makanan saja yang dicari. beberapa orang mungkin singgah di suatu rumah makan tertentu salah satunya adalah karena kenyamanannya. Rumah makan yang nyaman bisa ditandai dengan tingkat kebersihannya, tata letak ruangannya dan keamanan area parkir.
Bakso Bumi Reog mungkin adalah salah satu kategori rumah makan yang sangat nyaman. Area tempat makan ada dua, yaitu tempat duduk berdiri dan tempat duduk lesehan yang luas. Selain itu area parkir juga lumayan luas dan letaknya yang cukup strategis berada tepi Jalan utama Ki Ageng Kutu dengan jalur lalu lintas yang ramai. dengan menu andalan bakso yang sangat nikmat, maka bakso bumi reog adalah pilihan tepat untuk kumpul keluarga Anda.
JANGAN LUPA DATANG YAAAAA
Tempat Makan yang luas |
Bersih dan rapi tampak dari depan |
JANGAN LUPA DATANG YAAAAA
Jumat, 05 Oktober 2012
Kami berkomitmen menjadi warung bakso yang terbaik
Warung Bakso Bumi Reog terletak di Jalan Ki Ageng Kutu 18A...
atau SELATAN KINTAMANI.... Ajak keluarga Anda untuk berkumpul merayakan kebahagiaan disana....
atau SELATAN KINTAMANI.... Ajak keluarga Anda untuk berkumpul merayakan kebahagiaan disana....
Brosur Bakso Bumi Reog...
Bakso Bumi Reog terus berinovasi dan berkreasi untuk dapat memberi kepuasan pada pelanggan....ini adalah Brosur yang akan kami sebarkan untuk lebih memperkenalkan bakso Bumi Reog ke kalangan masyarakat luas sehingga dapat dikenal banyak orang menuju Word class Company yang insya Allah akan mulai di waralabakan...
Galeri Bakso Bumi Reog
Bakso, makanan yang tidak akan pernah bosan untuk disantap....
nikmat banget, bahkan di luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Hongkkong pun ada menu bakso ini. Penasaran Kunjungi.... BAKSO BUMI REOG, SELATAN KINTAMANI
Mencari Rizki Berkah di Warung Bakso
Nikmatnya kalo kita makan bakso yang pedes banget. Nah cari aja di Bakso Pedes di Bakso Bumi Reog yang enak dan nikmat banget. pasti bikin kamu ketagihan. Warung Bakso Bumi Reog yang halal adalah ladang kami dalam mencari rizki yang berkah dan halal. Nikmatnya,,,, halal...
cicipi yuuuuk
Bakso Bumi Reog yang mulai membumi
Makanan bakso memang sangat akrab dengan lidah orang Indonesia. Dimana pun Anda berada di seluruh pelosok Nusantara bahkan di luar negri Anda akan menemukan menu Bakso. Rasanya memang sangat ngangenin banget, kuah kaldu sapi yang nikmat dan mantap dimakan panas-panas dan dengan sambal yang banyak memang sangat nikmat. Anda mencari menu bakso yang enak di Ponorogo? Temukan di Warung Bakso Bumi Reog di Jalan Ki Ageng Kutu no 18A Ponorogo. Atau lebih tepatnya ada di selatan Kintamani. Sangat nikmat jika makan bersama teman-teman. Ajaklah orang tersayang Anda untuk berkunjung di Bakso Bumi Reog di SELATAN KINTAMANI.
Tempat Parkir yang luas memberikan kenyamanan dan keamanan bagi Anda yang memiliki kendaraan. Juga tempat makan yang tersedia luas dan ada lesehannya. Penasaran???? langsung aja datang ke Bakso Bumi Reog....
Tempat Parkir yang luas memberikan kenyamanan dan keamanan bagi Anda yang memiliki kendaraan. Juga tempat makan yang tersedia luas dan ada lesehannya. Penasaran???? langsung aja datang ke Bakso Bumi Reog....
Bakso Bumi Reog Mantapp
Kuahnya yang kental dengan kaldu sapi yang melekat. Baksonya sangat lembut dengan 100% daging asli. Sangat lezat dan menggoda untuk dimakan. Dimana nyari tempat makan bakso yang enak di Ponorogo? Dimana kah nyari tempat nongkrong yang ada lesehannya dan full musik? Tentunya hanya di Bakso Bumi reog di Ponorogo, tepatnya di selatan Kintamani. Tempatnya luas, cocok untuk berbagai acara meeting maupun sekedar berkumpul dengan keluarga Anda. Jangan lupa ya berkunjung ke Bakso Bumi Reog.
Bakso Daging Murah dan Lezat di Ponorogo
Jalan2 ke suatu tempat emang pas banget kalo kita mencicipi makanan khas setempat. Bisa jadi, makanan tersebut yang akan menjadi kenangan yang akan kita ingat dan rindukan.
Pernahkah Anda ke Ponorogo. Ponorogo tidak hanya terkenal dengan reognya saja, tapi juga dengan bakso Bumi Reog, baksone wong Ponorogo. Dengan cita rasa yang khas dan nikmat yang pasti akan mengugah selera kita, Penasaran, langsung aja kunjungi warung bakso bumi Reog bersama keluarga Anda dan rasakan sensasi kenikmatannya. Emmm,,,, yummmy...
Pernahkah Anda ke Ponorogo. Ponorogo tidak hanya terkenal dengan reognya saja, tapi juga dengan bakso Bumi Reog, baksone wong Ponorogo. Dengan cita rasa yang khas dan nikmat yang pasti akan mengugah selera kita, Penasaran, langsung aja kunjungi warung bakso bumi Reog bersama keluarga Anda dan rasakan sensasi kenikmatannya. Emmm,,,, yummmy...
Makanan Khas Kota Ponorogo
Bakso Daging Lezat di POnorogo
ya hanya di Bakso Bumi Reog.
Lihat aja, tempatnya nyaman dan memang cocok untuk berbagai acara ANDA...
kapan pun ke POnorogo jangan lupa mampir ke Warung Bakso Bumi Reog di Jl Ki ageng Kutu 18A Ponorogo
Rasain kenikmatan Baksi daging yang nikmat
Lihat aja, tempatnya nyaman dan memang cocok untuk berbagai acara ANDA...
kapan pun ke POnorogo jangan lupa mampir ke Warung Bakso Bumi Reog di Jl Ki ageng Kutu 18A Ponorogo
Rasain kenikmatan Baksi daging yang nikmat
Bakso Daging Kuah yang Mantap
Mau merasakan sensasi kelezatan bakso bumi reog?
Datang aja ke Warung bakso Bumi Reog
Selatan Kintamani dan rasakan sensasi kelezatan rasanya
Datang aja ke Warung bakso Bumi Reog
Selatan Kintamani dan rasakan sensasi kelezatan rasanya
Mengenal Kota Ponorogo
Reog adalah salah
satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan
Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Hal tersebut
dapat digambarkan dengan adanya sosok warok dan gemblak yang menghiasi
gerbang kota Ponorogo. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia
yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu
kebatinan yang kuat.
Adapun tentang asal usul Reog dan warok sendiri, ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk menggambarkan raja Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Ada 5 komponen penari dalam tari Reog Ponorogo, yaitu:
1. Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Prabu Kelono Sewandono ini adalah tokoh utama dalam tari Reog Ponorogo. Beliau digambarkan sebagai seorang Raja yang gagah berani dan bijaksana, digambarkan sebagai manusia dengan sayap dan topeng merah. Beliau memiliki senjata pamungkas yang disebut Pecut Samandiman.
2. Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa ditunggu oleh penonton khususnya anak - anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
3.Jathil
Jathil atau Jathilan adalah sepasukan prajurit wanita berkuda. Dalam tari Reog Ponorogo, penari Jathil adalah wanita. Mereka digambarkan sebagai prajurit wanita yang cantik dan berani. Kostum yang dikenakan penari Jathil adalah kemeja satin putih sebagai atasan dan jarit batik sebagai bawahan. Mereka mengenakan udheng sebagai penutup kepala dan mengendarai kuda kepang (kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu)
4.Warok
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah ( orang yang kaya akan wewarah ). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.
5. Barongan (Dadak merak)
Barongan ( Dadak merak ) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain;
Adapun tentang asal usul Reog dan warok sendiri, ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk menggambarkan raja Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Ada 5 komponen penari dalam tari Reog Ponorogo, yaitu:
1. Klono Sewandono
Klono Sewandono atau Prabu Kelono Sewandono ini adalah tokoh utama dalam tari Reog Ponorogo. Beliau digambarkan sebagai seorang Raja yang gagah berani dan bijaksana, digambarkan sebagai manusia dengan sayap dan topeng merah. Beliau memiliki senjata pamungkas yang disebut Pecut Samandiman.
2. Bujang Ganong (Ganongan)
Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa ditunggu oleh penonton khususnya anak - anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
3.Jathil
Jathil atau Jathilan adalah sepasukan prajurit wanita berkuda. Dalam tari Reog Ponorogo, penari Jathil adalah wanita. Mereka digambarkan sebagai prajurit wanita yang cantik dan berani. Kostum yang dikenakan penari Jathil adalah kemeja satin putih sebagai atasan dan jarit batik sebagai bawahan. Mereka mengenakan udheng sebagai penutup kepala dan mengendarai kuda kepang (kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu)
4.Warok
"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah ( orang yang kaya akan wewarah ). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.
Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing
rasa ( Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan
sampai pada pengendapan batin )
Pada setiap pertunjukkan,penari warok adalah pria dan umumnya berbadan
besar. Warok mengenakan baju hitam-hitam ( celana longgar berwarna hitam
dan baju hitam yang tidak dikancingkan ) yang disebut Penadhon.
Penadhon ini sekarang juga digunakan sebagai pakaian budaya resmi
Kabupaten Ponorogo. Warok dibagi menjadi dua, yaitu warok tua dan warok
muda. Perbedaan mereka terletak pada kostum yang dikenakan, dimana warok
tua mengenakan kemeja putih sebelum penadhon dan membawa tongkat,
sedangkan warok muda tidak mengenakan apa-apa selain penadhon dan tidak
membawa tongkat. Senjata pamungkas para warok adalah tali kolor warna
putih yang tebal.5. Barongan (Dadak merak)
Barongan ( Dadak merak ) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain;
- Kepala Harimau ( caplokan ), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong.
- Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik - manik ( tasbih ).
- Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog.
Kesenian Khas Ponorogo
Reog adalah salah satu kesenian budaya
yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap
sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi
oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog
dipertunjukkan. Reog adalah salah satu bukti budaya daerah di Indonesia
yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu
kebatinan yang kuat.
Sejarah Reog Ponorogo
Pada dasarnya ada lima versi
cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan
Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita
tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra
Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki
Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam
pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan
Kerajaan Majapahit akan berakhir.
Ia lalu meninggalkan sang raja
dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela
diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa
anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan
Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan
pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui
pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra
Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu
membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam
pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal
sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk
Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai
kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang
mengatur dari atas segala gerak-geriknya.
Jatilan, yang diperankan oleh
kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol
kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras
dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang
menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng
singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan
giginya.
Populernya Reog Ki Ageng Kutu
akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang
perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan
perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun
murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam.
Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk
dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara
masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan
karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono,
Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog
Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar
putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat
oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari
merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan
Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam
dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh
tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan
Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam
keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo
hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai
pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog
merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan
yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan
syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa
adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan
Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Warok
Warok sampai sekarang masih
mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan
dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas
sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok
konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan
kemanusiaan yang sejati.
Warok adalah pasukan yang
bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan
dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan
Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga
saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus
memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk
seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai
kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut
sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok
bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya.
Warok adalah orang yang
mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa
pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang
sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi
petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang
baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep
ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya,
dan sampai pada pengendapan batin).
Syarat menjadi Warok
Warok harus menjalankan laku.
“Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa
mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak
bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok
harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan,
dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan
berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai
ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia
memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang
berwarna putih, senjata andalan para warok.
Warok sejati pada masa sekarang
hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di
daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan
masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan
kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.
Gemblakan
Selain segala persyaratan yang
harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut
dengan Gemblakan.Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu
lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang
dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang
istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar
kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah
hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah
beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain
itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak.
Biaya yang dikeluarkan warok
untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok
yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping
memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak
bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi.Dalam
tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh
bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal
itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang
guru untuk memperoleh kesaktian.
Kewajiban setiap warok untuk
memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya.
Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan
perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh
kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan
merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik
gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual
karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.
Saat ini memang sudah terjadi
pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak
sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak
yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini
perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini
ditampilkan tanpa seorang wanita pun.
Reog di masa sekarang
Seniman Reog Ponorogo lulusan
sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari
reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni
panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo
dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan
siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan,
Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di
bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut
bergerak atau menari meski tidak menonjol.
Beberapa tahun yang lalu Yayasan
Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang
anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia
yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo
menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.
Jangan Lupa berkunjung ke Bakso Bumi Reog
Selain Reog, Ponorogo adalah syurganya
kuliner, ada pecel, sate ayam khas Ponorogo, sate dan gulai kambing,
dawet Jabung, serta Jenang dodol.
Meski di lain tempat banyak jenis makanan yang mirip namun tiap daerah mempunyai ciri khas sendiri, begitu juga ‘Gulai dan Sate Kambing’ yang penulis haturkan ini.
Ke-khasan itu terletak pada bumbu dan
cara memasaknya, orang Ponorogo cenderung menyukai rasa gurih, beda
dengan sate daerah lain yang cenderung manis.
Namun begitu di Ponorogo sendiri ada 5-6
macam jenis gulai dan sate kambing tersebut, yang dicirikan dengan
keluarga penjulanya, misal sate gule Pak Ni, sate gule Bu Sono, sate
gule Pak Di, dan sate gule lainnya. Yang masing-masing group penjual
mempunya rasa dan pelanggan sendiri-sendiri.
Ada berbagai permintaan dari pembeli,
untuk memudahkan memakannya mulai tusuk yang dilepas, maupun yang masih
dengan tusuk, tinggal selera. Rata-rata seporsi gulai kambing dihargai 6
ribu, dan sepuluh tusuk [sejinah; orang Ponorogo menyebutnya] seharga
7-8 ribu, ditambah minum es teh atau es jeruk seharga 2 ribuan, jadi
satu porsi komplit 15 ribu. Harga yang tidak terlalu mahal tentunya
dibanding dengan rasa.
Ada beberapa jenis daging sate kambing,
daging kapur, daging jerohan, hati, daging kepala, kikil, serta sunsum.
Tapi untuk yang lunak daging bisa saja terutama buat ndulang [makan] si
kecil. Kalau otak biasanya dimasak ditaruh di daun pisang lalu di
masukkan didalam kuah gulai. Otak dihargai 5 ribu perbungkus.
Ke khasan sate gulai Ponorogo adalah
pada rombong yang dibuat naruh kuwali serta sate, berbentu pikulan
melengkung, mungkin sejarahnya dulu buat jualan kelilingan, meski
pikulan melengkung itu mustahil untuk memikulnya.
Sehari tiap warung bisa menghabiskan 2-3
kambing, dan warung-warung ini melayani hajatan terutama Aqiqohan
dengan tarih biasaya antara 1 juta sampai 1,4 juta-an untuk satu ekor
kambil yang sudah poel [dewasa, sudah tanggal giginya], dan situan rumah
tinggal menyediakan nasi dan perangkat piring dan sendok, sate dan gule
akan dikirim di rumah pemesan.
Ada pula orang yang punya hajat
menyerahkan kambing, si pemasak yang menyediakan bumbu serta memasaknya
dengan ongkos 400-500 ribuan.
Menjelang hari raya Idul fitri bisa sampai 5-8 kambing per hari, karena
pendatang dari luar kota serta orang yang mudik kangen dengan sate gule
kambing khas Ponorogo ini.Silahkan berkunjung di Ponorogo, kami siap membantu
artikel
Tertarik menampilkan foto-foto
masakan atau kue hasil olahan sendiri beserta resepnya?
Berpartisipasilah pada kegiatan WPC dari kawan-kawan Kampret minggu ini!
Jangan lupa juga untuk berkunjung ke Bakso Bumi Reog di Selatan Kintamani Ponorogo
Bakso adalah salah satu makanan khas Indonesia yang sudah merakyat. Bakso identik dengan kuahnya yang lezat dan pentol dagingnya yang nikmat. Kalau Anda pergi ke Ponorogo, belum lengkap rasanya kalau belum mencicipi bakso bumi reog. Bakso ini sangat nikmat dan rasanya juga sangat lezat. beralamat di Jalan Ki Ageng Kutu 18 A Siman Ponorogo, atau selatan Kintamani. nah kalo penasaran, mari mencoba
Langganan:
Postingan (Atom)